"Kamu bukanlah Ibuku!!"
Kata itu terngiang dalam telinga tuaku. Begitu menghunus relung hati ini, sakit!!!
Anakku tak menganggap ibunya sendiri, sungguh durhaka.
Sangat tahu sekali, jika Maling, anakku hanya berpura-pura. Dia pasti malu mengakui wanita tua, kumuh, miskin sepertiku dihadapan wanita cantik, yang kuketahui adalah istri Maling.
Begitu hinakah diri ini sampai kau tak sudi mengakui Ibumu sendiri nakkk!
Emosiku tak dapat ditahan lagi, jadilah ucapan yang begitu sadis berhasil terlontar dari lidah ini.
"Kukutuk kau menjadi batu!!"
krik
krik
Krik
Tak terjadi apa-apa, hanya gelak tawa yang terdengar. Tidak ada suara petir menyambar atau teriakan ketakutan Maling, seperti film yang pernah kulihat.
Aku menghela nafas panjang, dia tak berhasil aku kutuk, tapi setidaknya di akhirat nanti dia akan mendapat balasanya.
Dikira zaman batuh zaman malin kundang kali.
BalasHapusoh yang ini maling yang itu malin hehe
Hahahaha, zaman memang udah berubah. Namanya juga ikut berubah. Huakakakak
BalasHapusane tambahin.
BalasHapus.
Lalu tanpa disadari ada sebuah truk pembawa batu yang sedang mengadakan rekonstruksi berjalan mundur tepat ke arah maling. Sopir truk itu tidak tahu bahwa maling ada di belakannya, dan terdengarlah suara buagh. Malingpun terkapar tak sadarkan diri karena tertiban puluhan kuintal batu-batu besar.
Sopir trukpun diangkat oleh ibu maling sebagai anaknya dan menikah dengan wanita cantik yang merupakan tunangannya maling, lalu hidup bahagia selama-lamanya. Tamat.
Huahahaha, bisa aja sih kamu. Iyaaa kamuuu.
BalasHapus