Untuk yang kesekian kali, kakiku berpijak pada halaman sebuah rumah.
Rumah yang hanya bisa kupandang, tak bisa kumasuki. Pintunya selalu tertutup saat aku datang. Tak tahu kenapa.
Namun tampaknya, penghuni rumah itu tidak suka akan kedatanganku.
Bisa jadi?
Kuputuskan untuk pergi. Jika dipikir, percuma juga aku berdiri tak jelas di sini. Mereka yang ada di dalam pun seperti tak mengharapkan kedatanganku.
Sesekali, pemikiran jika sosokku menakutkan bagi mereka terlintas. Padahal aku hanya pria culun yang kemana-mana selalu memakai kaca mata dengan kemeja yg dimasukkan dalam celana. Apa sosok ini benar-benar menakutkan?
***
"Pintunya tertutup lagi, pak."
Lelaki berkumis tebal menatapku garang. Dia adalah orang yang kuajak bicara.
"Kau tidak mengetuknya? Atau mendobrak atau??!"
Kepala ini menggeleng.
"Arrgghh! Kembali kesana! Lalu minta uang untuk barang yang dikreditnya. Sudah beberapa bulan penghuni rumah itu tidak memberi uang padaku!!!"
Penampilannya sih ga garang tapi dia datengnya sama preman.
BalasHapusMaksudnya gimana? Gk ngerti.
BalasHapusPenagih hutang ya?
BalasHapusAish, ternyata tukang kredit :v
BalasHapusHihi, keren ya bisa bikin kejutan tiap di akhir cerita :grin:
Lagi-lagi kalian gak paham. Huuuffttt. Tapi mbak Dedeh kayaknya paham deh. Tankyu mbak, tankyu.
BalasHapusSaya akui, memang cerita saya ini susah dipahami. Bukan kalian yg lambat dalam berpikir.
Hal ini membuatku sungguh sedih.
Mbak Anggi, dia datangnya sendirian kok. Kalau penghuni rumah pada tutup pintu itu ceritanya sedang menghindari tukang kredit itu. Katakanlah biar tukang kredit itu mengira jika di dalam rumah tidak ada orang. Hehehe.
Mc trik, bingung ya? Selamat berbingung-bingung ria.
Edgar, iya. Itu penagih hutang barang yg dikredit.
ealah, ternyata mas alah kredit barang : D bagus ceritanya : )
BalasHapusPenagih hutang lebih menakutkan emang dari si Valak :grin: btw, tau Valak kan ya? :grin:
BalasHapusValak itu palak kan? Itu bahasa apa ya? Apa bahasa arap.
BalasHapus