Malam yang dingin menusuk kulit. Malam yang sepi menemani. Malam yang mencekam saat ini.
Kau berjalan sendiri di suatu gang sempit. Yang disana hanya ada tong sampah besar, yang sampahnya berserekan kemana-mana.
Kau mulai takut, laju jalanmu pun kau cepatkan. Semakin lama semakin cepat. Dan tak kau sadari, Di depan jalanmu ada batu kecil yang bersiap membuatmu jatuh.
Benar saja, dirimu kini telah jatuh. Sambil meringis sakit, kau bersihkan kotoran yang menempel pada pantatmu dan tempat yang dirasa kotor.
Kemudian langkah kembali kau ambil. Lagi-lagi berjalan dengan cepat. Namun kali ini lebih hati-hati lagi. Takut apa yang beberapa saat lalu menimpamu terjadi lagi.
Gang sempit yang berhasil membuat diri menjadi parno kini telah kau lewati. Aman mungkin telah kembali kau rasakan.
Terlintas dalam pikir, sebenarnya apa yang membuatmu tadi melakukan hal demikian? Berjalan cepat, parno, takut, dan lain-lain. Padahal disana tiada apa-apa.
Dan kau mulai bingung.
*
Aku sih gak bingung.
Secara manusiawi kalau jalan di tempoat sepi pasti takut dan parno heheheh
BalasHapusbtw itu kok judulnya dirikau?
Puitis yaa kerenn..Rame banget yaaa...kunjungan malam meramaikan sabgat di tunggu d gubuk ane gan..thanks
BalasHapusHaha puitis banget gan :D
BalasHapusAhhh, terimakasih semua.
BalasHapusMbak Anggi, itu salah ya? Aku hanya ingin nampak beda saja. Hehe.
Ngak juga , buktinya saya gk takut :|
BalasHapusItu beneran judulnya Apa Yang Membuat Dirikau...? Dirikau atau Diriku? Aku jd ikut bingung sama maksud yang disampaikan pada alur cerita. Nangkepnya cuma ketakutan si kau itu. Tapi lumayan nyaman sama pemakaian sudut pandang orang kedua. Keep writing!
BalasHapusAisssyyy, nampaknya aku harus mengganti judulnya. Uhuy uhuy.
BalasHapus