Aku bukanlah sesuatu yang spesial, hanya sesuatu yang sering diabaikan.
Tubuh yang kecil dan lemah, sehingga banyak yang sering meremehkan. Tapi aku tak keberatan, itu memang sudah kodrat hidupku.
Keempat kaki kecil ini, kuajak berjalan mengelelengi lantai dingin nan kotor di sebuah Masjid tempatku tinggal.
Lantai ini kotor, berarti lelaki yang gemar menyapu itu belum datang. Kira-kira di mana dia?
Tempat yang kubuat pijakan, tiba-tiba terasa bergetar. Tak salah lagi, ini pasti karna akan ada seseorang yang berjalan mendekatiku. Dan benar saja, lelaki yang tadi kucari-cari berjalan penuh gesa menghampiriku. Atau lebih tepatnya melangkahi tubuh kecil ini. Huuuffft, untung tak terinjak.
Sedikit, akan kuceritakan tentang lelaki tadi.
"Lelaki muda yang menghabiskan hari-harinya untuk menyapu Masjid. Bukankah dia lelaki yang baik?"
Sebenarnya ingin cerita lagi, namun apa daya. Sebentar lagi aku akan mati. Biarlah anak-anakku nanti yg meneruskan cerita.
"Kyaaa, lelaki itu hendak menyapuku!!"
Cerita yg gaje. Hehehehe. Itu ceritanya lelaki tadi tak suka diceritakan kebiasaan baiknya. Makanya semut yg bercerita tadi disapu. Hahaha, tambah gaje.
BalasHapusHaha, lucu bagian terakhirnya :grin:
BalasHapusBtw, semut kakinya nggak semuanya empat^^
Kasian pak semut.. Makanya menyingkirr atuh.
BalasHapusHaha...
BalasHapusMakanya jadi semut jangan suka main dimesjid
Kasihan...
BalasHapusjangan lupa mampir ya gan!
Semut oh semut.
BalasHapusAku suka banget sama penyampaian cerita ini lho. Cuma agak nggk sreg sama dialog pas diending itu. Soalnya kan dinarasi sebelumnya dia udah tau bakal mati krn bakal kena sapu. Jd dialog itu kyk pemberi makna double. But, its nice. Keep writing! :)
BalasHapusMbak Xx terimakasih koreksinya. Hehe
BalasHapus